Kesehatan gigi, refluks gastroesofagus, dan kanker
esofagus (kerongkongan) sering dipersepsikan secara salah oleh masyarakat
sebagai dampak buruk dari mengonsumsi minuman berkarbonasi (bersoda).
1. Karbonasi dan kesehatan mulut
Hasil riset SEAFAST mengungkapkan, karbonasi tidak dapat dijadikan penyebab utama terjadinya kerusakan gigi. Studi klinis menunjukan, rusaknya enamel gigi lebih disebabkan karena faktor lain dan memudahkan keasaman air liur meningkat dengan cepat, seperti penderita karies atau gigi berlubang.
Kondisi pH air liur menurun setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi pada pasien yang memiliki karies. Efek serupa berlaku untuk berbagai makanan dan minuman dengan pH rendah.
Untuk mengurangi erosi enamel, di sarankan untuk melakukan beberapa hal seperti
konsumsi minuman/makanan pH rendah saat makan besar demi mengurangi keasaman,
bilas rongga mulut dengan air putih setelah mengonsumsi makanan asam tinggi,
gunakan pasta gigi mengandung flouride, dan menggosok gigi 30-1 jam setelah
mengonsumsi pangan pH rendah.
2. Kanker kerongkongan
Pemuan terakhir dari hasil penelusuran literatur memusatkan perhatian pada dampak lebih lanjut dari penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), yaitu meningkatnya risiko kanker kerongkongan.
Para Pakar Gastroenterologi dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan konsumsi minuman berkarbonasi dengan kanker ini. Faktor dominan lainnya yang berisiko yaitu merokok, obesitas, dan konsumsi alkohol.
Kanker kerongkongan ini baru akan terjadi setelah melewati proses panjang selama bertahun-tahun. Tapi, harus diingat juga. Apapun itu bila mengonsumsi sesuatu yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan.
3. Kesehatan lambung
Penelusuran berbagai artikel ilmia tentang dampak karbonasi terhadap kesehatan saluran pencernaan, tidak ditemukan adanya korelasi antara karbonasi dalam minuman dengan kesehatan saluran pencernaan.
Faktor yang menyebabkan penyakit pada saluran cerna sangat kompleks sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa minuman ringan berkarbonasi menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
Padahal dalam penelitian secara klinis juga memperlihatkan bahwa konsumsi minuman berkarbonasi oleh seseorang dalam kondisi sehat dalam jumlah wajar tidak akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lambung.
2. Kanker kerongkongan
Pemuan terakhir dari hasil penelusuran literatur memusatkan perhatian pada dampak lebih lanjut dari penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), yaitu meningkatnya risiko kanker kerongkongan.
Para Pakar Gastroenterologi dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan konsumsi minuman berkarbonasi dengan kanker ini. Faktor dominan lainnya yang berisiko yaitu merokok, obesitas, dan konsumsi alkohol.
Kanker kerongkongan ini baru akan terjadi setelah melewati proses panjang selama bertahun-tahun. Tapi, harus diingat juga. Apapun itu bila mengonsumsi sesuatu yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan.
3. Kesehatan lambung
Penelusuran berbagai artikel ilmia tentang dampak karbonasi terhadap kesehatan saluran pencernaan, tidak ditemukan adanya korelasi antara karbonasi dalam minuman dengan kesehatan saluran pencernaan.
Faktor yang menyebabkan penyakit pada saluran cerna sangat kompleks sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa minuman ringan berkarbonasi menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
Padahal dalam penelitian secara klinis juga memperlihatkan bahwa konsumsi minuman berkarbonasi oleh seseorang dalam kondisi sehat dalam jumlah wajar tidak akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lambung.
#sikatgigi, #pastagigi, #gigiberlubang, #doktergigi,
#gigipalsu, #karanggigi, #behelgigi, #gosokgigi, #putihbersih, #beranibeda,
#selalulebih, #ayoberubah, #periksagigi, #klinikgigi, #pemutihgigi